SELAMAT DATANG DI SEKAR MAYANG BLOG...............................SELAMAT DATANG DI SEKAR MAYANG BLOG.........................SELAMAT DATANG DI SEKAR MAYANG BLOG...............................SELAMAT DATANG DI SEKAR MAYANG BLOG.........................
kembang api2

  • Web
  • Sekar Mayang Blog
  • Sabtu, 30 Juli 2011

    Sepenggal kisah dan harapan ketika aku masih SD

    Aku lahir pada tgl 17 Agustus 1966 di desa Nageri Kecamatan Juhar, Kabupaten Karo, anak paling bontot dari tiga bersaudara dan aku satu satunya perempuan, sangat dimanja dan disayang sayang dalam gendongan ibuku ketika itu, kata ibuku aku berhenti menyusu setelah berumur lima tahun. Sejak kecil aku sudah gemar di foto dan menari, suka dengan baju baju yg baru dan bagus. Sekalipun tinggal dikampung kami bertiga diajari hidup bersih, meskipun tinggal dalam rumah adat tapi ibu dan bapakku rajin mendidik kami bertiga, memasak, mengepel dan mencuci pakaian serta menyeterika, selain itu kami juga menggembala kerbau dan kesawah membantu orang tua.

    Rumah adat, jabu sepetak yg berlantai papan dan berdinding tikar itu, kerap kami bersihkan bersama sama, ketika itu orang orang disekitar kami merasa heran melihat ibuku dan bapakku yg sangat pembersih, karna saat itu dalam rumah adat hampir tidak ada yg mengepel lantai yg terbuat dari papan. Pada tahun 1972 ibu dan bapaku memasukin aku ke sekolah negri yg ada didesa Sugihen, aku termasuk anak yg cerdas di kelas tapi cengeng, setiap malam bapak mengajari kami membaca dan menulis, kebetulan tugas bapak adalah memperhatikan semua pelajaran kami, bapakku galak kalau mendidik abang abangku, tapi sama aku tidak karna aku lebih cepat bisa membaca dan tulisankupun rapi, kami bertiga cerdas disekolah, dan semua guru guru suka kepada kami.

    Lampu teplok yg bisa bikin hidung hitam adalah lampu yg menerangi kami belajar, lampu itu adalah lampu yg paling berjasa dalam pengetahuan yg telah kami peroleh dari buku, sebab siang sepulang sekolah aku dan kedua abangku selalu dengan senang hati membantu orang tua kami mengerjakan pekerjaan dirumah dan juga disawah, sejak kecil tugasku membantu masak dan cuci piring, abangku ngambil air dan bahkan cari uang dari mengisi air di kedai kedai kopi saudara,
    Bapak sering keluar kota berjudi dan bahkan pernah ke Luar negri dan lama baru pulang, kami bertiga menemani dan membantu ibu yg sering sakit, kami terpaksa hidup prihatin, meskipun kami punya sawah yg lebar dan buah padinyapun selalu banyak.

    Pernah satu kali ketika padi telah dipanen dan hasilnya banyak sekali, semua telah kami masukkan kedalam karung, tinggal tunggu diangkut gereta lembu kelumbung, ibuku berjanji akan menjual sebagian untuk membelikan kami pakaian yg baru dan sepatu, saat itu kami sungguh senang dan berharap segera hari jumat, karna kebetulan tiga munte atau hari pasar tepat pada hari jumat. Tapi apa daya sebelum hari jumat datang 2 truk ketempat kami mengumpulkan padi itu dan semuanya tanpa tersisa diangkut mereka, karna bapak kalah jiudi di kandibata, dan saat itu ibuku cuma pingsan dan tidak mengucapkan sepatah katapun. Harapan kami membeli baju dan sepatu baru juga musnah bersama truk yg segera pergi membawa padi kami.

    Setelah dua hari kejadian itu bapakku pulang dengan pakaian yg lusuh dan wajah yg kusut, ibuku dengan bijaksana menanyakan apakah bapakku sudah makan atau belum, dan segera menghidangkan makanan seadanya, kamipun makan bersama seolah olah tidak terjadi sesuatu yg menjengkelkan hatinya, Ibuku tidak pernah menghakimi bapak, sekalipun hatinya perih karna kebiasaan judi bapak. Ibuku selalu menutupi setiap kesalahan bapak pada keluarga dari pihak ibu maupun pihak bapak, dia tidak pernah memaki dan mengutuki bapak dengan ucapan kasar. Sampai sekarang aku kagum pada sikap ibuku yg sangat tabah dan selalu hormat pada suami.

    Dalam situasi yg bagaimanapun ibuku selalu mengatakan bapak kami baik, bapak rajin, sebentar lagi juga akan berubah jika ada saudara yg kesal dengan sikap bapak, jurusnya hanya 1, sembunyi ditempat yg dia kira kami anak anaknya nggak bisa lihat dan berdoa sambil menangis, aku sring mergokin dia berdoa sambil menangis. Kadang bersenandung memangil mangil ibunya, nenekku yg sudah meninggal. Kadang aku ikut menangis ketika mendengar dia menangis tersedu sedu sambil bersenandung lagu lagu yg sedih.

    Di Sugihen kami tinggal dirumah adat yg berpenghuni 8 keluarga, rumah itu memiliki 8 dapur, 8 ruangan , satu buat masing masing keluarga, biasanya pagi hari dan malam hari baru bisa ketemu semua penghuni, sebab sejak jam 7 pagi hingga jam 6 sore semua sibuk kesawah ladang mereka. Rumah menjadi hangat dan asap mengepul disekeliling rumah, mata jadi perih, perut terasa lapar bila nyala api didapur mulai menyala, apalagi kalau aroma masakan yg beraneka ragam dan ikan asin goreng mulai tercium, pasti perut segera keroncongan dan minta diisi

    Biasanya sambil menunggu masakan matang kami bercanda, penghuni jabu yg satu dengan yg lainnya sering melontarkan kata kata canda, dan biasanya aku paling sering dicandain kilaku yg kebetulan adalah seorang guru disekolahku. Kilaku itu suka humor dan senang menggodaku, karna aku mudah nangis dan cengeng serta agak manja.

    Malam itu dengan suara yg sangat lantang kilaku bilang, kam nanti akan jadi menantuku, harus menikah dengan anakku, ganteng, pintar, sawahnya lebar, ada kerbaunya, padinya dilumbung juga banyak, harus mau ya permen katanya dalam bahasa karo, spontan aku menghayal saat itu, dan dengan berbinar binar aku menjawab dengan spontan, kila aku nggak mau nikah sama anakmu, karna aku akan hidup di Jakarta, aku nanti jadi orang terkenal, jadi penyanyi, bintang film dan aku nanti temannya Presiden dan orang orang penting, aku nggak mau sama anak kila.

    Kelas 3 SD, aku berusia 8 tahun lebih, ibuku yg sangat aku sayangi meninggal dunia karna sakit jantung dan lever, aku dan abang abangku terpisah, aku ikut kakekku di Medan sesuai amanat ibuku, abangku yg paling besar di kabanjahe dan yg nomor dua di Juhar, ayahku merantau ke Bandung. Meskipun ibuku telah tiada, semasa aku tinggal dengan nenek karoku serta bulangku di Medan, hidupku terpelihara dengan baik, dan penuh dengan kasih sayang, kami semua, aku dan mamiku serta paman pamanku dididik untuk taat beribadah dan rajin belajar. Kasih nenek dan bulang begitupun semua mami dan mamaku (pamanku) luar biasa, kami semua hidup rukun dan kompak, setiap sore pasti dibawain kakek sate kerang sebagai upah mijat punggung, kalau pagi pagi selalu ada ombus ombus yg panas dan enak.

    Bersama nenek karoku yg cantik selama 3 tahun di Medan adalah pengalaman berharga yg menjadi landasan hidupku, neneku yg jelita mendidikku layaknya seorang bintang, sejak kecil aku diajari cara bicara, cara menatap, cara bergaya super model, diajarin merias diri, diajarin menjadi wanita yg memiliki kecantikan luar dalam, diajarin masak aneka masakan, diajari mengurus orang sakit, diajari meracik obat, diajari segala hal, yg saat ini sangat berguna dalam kehidupanku. Nenekku mencetak aku menjadi orang yg punya pengharapan kepada Tuhan dan sekaligus mencetak aku menjadi bintang kecil di gereja GBKP Pasar 2 Padang Bulan. Dulu aku sering tampil dalam berbagai acara di Gereja dan Di sekolahku, terutama pada saat parade natal dan acara tujuhbelas agustusan. SD Masehi Pasar 2 Padang Bulan adalah tempatku melanjutkan pendidikan semasa SD, di sekolah Masehi aku adalah anak pindahan dari kampung sugihen tapi aku adalah anak yg baik dan pintar serta selalu berprestasi dibidang seni dan bidang lainya

    Perjalanan hidupku ternyata tidak berhenti disitu saja, Neneku dan kakekku memiliki tanggungan yg sangat banyak, 7 orang anak dan semuanya sekolah, ada yg mau kuliah, ada yg SMA, ada yg SMP, ada yg SD, ada yg TK, belum lagi yg ikut numpang dirumahnya, jumlahnya cukup besar, melihat tanggungan kakekku yg besar itu maka paman yg adalah abang kandung ibuku memintaku agar ikut mereka dan akan disekolahkan di Jakarta. Singkat cerita, akupun ikut mereka kejakarta, sebelum tamat kelas enam SD, dan segera pindah ke SD Negri Cengkareng, Jakarta Barat.

    Inilah awal dari perjalanan panjang hidupku, berbagai rasa dan warna mulai mencetak kehidupanku, pahit getir, manis, semuanya menjadi satu, ditempat ini aku ditempa menjadi seseorang yg tahan banting, mandiri dan pantang menyerah, serta harus mengandalkan Tuhan. Karna berbagai hal yg tidak ingin aku ceritakan, ahirnya tidak sampai setahun aku tinggal bersama pamanku, aku dijemput nenekku itingku dari kabanjahe untuk pulang kampung, aku sangat sedih, harapanku adalah tetap bisa sekolah biar dimanapun aku siap. Akupun pulang kampung dengan luka hati dan air mata, sepanjang perjalananan aku membayangkan betapa beratnya hidup nrenekku jika aku harus tinggak dengan nenekku di Kaban Jahe, karna anaknya sangat banyak, tapi apa daya aku cuma bisa pasrah karna aku belum bisa cari uang sendiri ketika itu.

    Hari hari bersama nenek iting dan bibi udaku di Tanah Karo, tepatnya di Kaban Jahe Sumatera Utara, adalah menjadi pedagang kain di pasar berpindah yg kami sebut dalam bahasa karo ertiga tiga, jualan kain ke tiga munte, tiga binanga, tiga nderket, kuta buluh dan di los kaban jahe. Selain itu aku juga membantu kakekku membuat obat abotan tradisional dari bahan alami, mulai dari mengumpulkan bahan baku sampai meracik dan membuat tawar. Kebetulan kakekku adalah seorang guru pengobat yg berpengalaman dan berpraktek di kios tiga kabanjahe saat itu. Sebulan berlalu aku minta disekolahin tapi itingku bilang dia nggak mampu karna banyak tanggungan, dan aku cuma disuruh dagang kain dan bantu bikin obat saja.

    Selama beberapa bulan aku tinggal di Lau Cimba Kaban Jahe (Tanah Karo simalem) bersama orang tua ibuku, awalnya aku menagis siang malam karna nggak disekolahkan dengan alasan banyak tanggungan, ketika pergi kepasar mataku terlihat bengkak setiap hari, lama lama aku terbiasa jualan kain dan bikin obat, tapi aku masih tetap ingin sekolah dan menjadi Dokter, aku terus merengek minta disekolahkan. Aku pandai berdagang dan pelanggan kami banyak dari kampung kampung, setiap selesai jualan aku merengek minta disekolahkan. Entah karna kasihan padaku atau pusing mendengar rengekanku setiap hari, maka ahirnya nenek itingku mengajak aku bertani dan menanam jagung di simpang sinaman dengan janji, kalau sudah panen jagungnya nanti aku bisa sekolagh dari uang hasil penjualannya. Aku nurut dan bertani di simpang sinaman selama 6 bulan, hari pertama bekerja pake cuan langsung urat kaki putus kena cuan (Cangkol ala simpang sinaman), setelah kejadian itu aku jadi terbiasa mengerjakan segala pekerjaan dengan kelompok pekerja yg namanya raroun. Meskipun aku yg terkecil dalam kelompok itu dan yg paling lemot dalam bekerja tapi aku disayangi semua orang, mereka semua membantu pekerjaanku.

    Pekerjaan yg kami kerjakan berpariasi, mulai menanam, memupuk, menyiangi, manen, semua aku alami bersama teman teman di simpang sinaman. Mulai dari pagi hingga siang kami bekerja upahan diladang orang, siang hingga sore hari baru ngurusin tanaman sendiri, terkadang kami mencari kayu bakar kesemak belukar yg terdapat di wilayah simpang sinaman hingga kewilayah merek, malam hari sebelum tidur kami memipil jagung buat cari uang tambahan, demikianlah rutinitas kami sehari hari, tidak kenal kata lelah, yg ada hanya bekerja dengan penuh rasa syukur.

    Hari minggu adalah hari yg paling aku tunggu tunggu sebab minggu adalah hari istirahatku dan hari untuk beribadah di gereja, meskipun saat itu hanya sekedar ikut ikutan dan belum banyak tau tentang firman Tuhan, tapi aku sangat menikmatinya. Suatu hari datang seorang hamba Tuhan di Gereja GBKP simpang sinaman dan beliau bicara banyak denganku, diapun menawarkanku untuk sekolah pendalaman alkitab di Kaban jahe, spontan saat itu aku anggukkan kepala dan segera aku berangkat untuk mengikuti sekolah pendalaman alkitab, ditempat itu aku mengalami cinta mula mula terhadap Yesus Kristus, begitu dekat dengannya, dia hidup dan berkarya seutuhnya dalam hidupku. Setelah sebulan mengikuti pendalaman Alkitab, aku kembali ke simpang sinaman karna sudah saatnya panen jagung yg aku tanam.

    Setelah panen jagung selesai tiba tiba neneku bilang perlu uang untuk sekolah pamanku dan uang hasil penjualan jagungku aku berikan buat biaya sekolah pamanku. Saat itu aku sangat sedih dan kecewa, tapi aku tidak lagi menangis, aku pasrah pada kehendak Tuhan. Semangat dalam diriku untuk bertani di simpang sinaman sirna seketika dan akupun pergi kekampung bapakku di Desa Nageri Kecamatan Juhar, aku menemui kakekku (Orang tua bapakku) dan abangku yg paling besar yg kebetulan baru menikah ketika itu. Akupun menceritakan maksudku untuk sekolah lagi sama abangku, namun beliau belum punya cukup uang untuk membiayai sekolahku karna dia baru berumah tangga dan baru punya bayi pula. Sebenarnya kakekku sangat mampu dan banyak uang, hartanya juga banyak, tapi karna bukan aku cucunya satu satunya yg tidak mampu maka demi keadilan dia tidak berani membiayaiku, beliau khawatir akan terjadi kecemburuan sosial diantara kami cucu cucunya. Kakekku sangat bijaksana dalam mengambil keputusan, beliau menyuruh aku menggarap sawahnya yg cukup luas untuk menanam padi, segala bibit dan pupuknya beliau yg tanggung dan hasinya nanti semua buat aku dan boleh buat biaya sekolah atau terserah aku saja, mendengar ucapan kakekku yg bijak itu, aku hampir meneteskan air mata saking senangnya, dan saat itu juga dengan senang hati dan penuh rasa syukur terhadap Tuhan aku langsung menerima tawaran kakekku (Orang Tua Bapakku).

    Sejak hari itu aku menjadi petani yg cantik dan termuda di grup kerja yg namanya aron, aku yg paling tidak bertenaga dan belum pandai bekerja, sehingga anak muda kelompok aron kami kerap meledek aku, tapi mereka semua menolong pekerjaanku, malah ahirnya aku cuma disuruh buat makanan dan mereka yg kadang mengerjakan pekerjaanku. Setiap hari kerjaan seperti itu, mulai jam 6 pagi udah masak, mandi dan makan, jam 7.00 segera berangkat kepekerjaan bersama teman teman aron, lelah tidak terasa karna selalu ada canda yg segar dari teman teman. Malam hari kami disuruh tua tua untuk menemui perjaka perjaka yg datang bertandang, itupun setelah mereka mendapat ijin dari perjaka kampung kami. Malam menjadi ajang perkenalan dan pertemuan dengan pria yg bertandang, kebetulan anak anak gadis didesa kami saat itu cantik cantik sehingga yg sedang kuliah di USU medan juga sering datang bertandang kedesa kami. Menganyam tikar sambil ngobrol, diterangi cahaya bulan dan atau obor, adalah ritual yg setiap hari kami lakukan di halaman rumah, para tua tua menjaga dan mendengarkan pembicaraan kami dari balik pintu.

    Tak terasa 6 bulan sudah aku tinggal sebagai petani di desa Nageri, banyak hal yg kualami, mulai dari bercocok tanam, digigit lintah, berjalan diadalam lumpur yg dalam, berpeluh ngikuti yg kerja, menghijaukan hutan dan bukit gundul di nageri dengan menanam cemara, padi yg kutanam separoh dimakan tikus tapi buahnya sama sekali tidak berkurang dll. Setelah panen padi yg kutanam, tiba tiba bapak pulang kampung dan dia mengajak kami hijrah ke Bandung, dengan bermodalkan hasil penjualan padi dan ladang kami yg berada di Nageri Gugung, Bapak dan kami ketiga anak anaknya ditambah satu lagi anak bapak tuaku, semua berangkat ke Bandung. Uang penjualan padi dan tanah itu di belikan angkutan umum dan itulah yg menjadi bisnis keluarga satu satunya. Untuk uang sekolah aku nggak usah bayar karna aku mendapatkan imbalan dari mengajai teman belajar, semua biaya ditanggung bapak teman baikku yg bernama Enok yg sangat kaya raya dan kepala sekolah kami pula.

    Semua tidak terduga, bisnis keluarga tidak berjalan sesuai yg dibayangkan, ladang telah terjual, mobil tidak dapat dipertahankan karna hasilnya tidak mencukupi kebutuhan keluarga, ahirnya mobil di jual dan buka warung kelontong di Cibuntu Bandung, itupun tidak bertahan lama sebab biaya hidup tidak tercover. Ahirnya aku mutar otak, sambil belajar dirumah teman yg kebetulan bapaknya kepala sekolah SMP di Cibuntu, maka aku bisa bekerja siang dan malam disuruh belajar dirumahnya dan kalau ujian baru aku ikut bareng murit lainnya. Meskipun demikian nilaiku selalu bagus dalam setiap mata pelajaran.

    Seorang Dosen, Guru Besar dari ITB, yg lama menjadi guru dan sahabatku, pernah mengatakan satu kata yg sangat memacu hidupku, Santa sekolahmu adalah alam semesta ini, dan gurumu adalah pengalaman hidup yg sangat berarti. Teruslah belajar meskipun tidak dibangku sekolah, jadilah Sarjana meskipun kamu tidak diwisuda layaknya orang orang yg kuliah fomal. Bapak tau kamu adalah ilmuwan yg otodidak, kamu akan menemukan pomulanya dalam pengalaman hidupmu dan itulah pendidikan sejati.

    Sejak saat itu aku tidak lagi bersedih karna pendidikan formal, karna hari hariku adalah belajar dari buku buku dan juga pengalaman hidup, serta biografi orang orang sukses. Aku mulai ikuti berbagai seminar dan kursus, aku sempat jadi pengajar bahasa asing dibeberapa tempat kursus di Bnadung, aku juga ikut berbagai ketrampilan yg ada dipenyuluhan, aku mulai akktif di beberapa organisasi, aktif di dunia model dan bahkan sering ikut kejuaraan pemilihan putri dan aku seri jadi juara umum. Sesekali aku sumbangkan suara di pesta dan dipertemuan, tapi saat itu aku tidak pernah bercita cita jadi penyanyi. Aku juga bisnis, jual baju dan juga rujak cuka, hasilnya cukup lumayan buat tambah tambah penghasilan keluarga, untuk biaya sekolah aku digratisin dan untuk buku buku aku juga dikasih sama sahabat sahabatku anak anak Unpad dan anak anak ITB.

    Bisnis sambil sekolah informal ini sempat aku jalanin selama tiga tahun dan cukup buat dapat ilmu serta modal untuk dagang kain printingan yg diproduksi dibali lalu di ekspor ke autralia. Tiga tahun menjalankan bisnis printingan di Bali ahirnya mulai ada uang dan mulai kerja sama dengan orang asing yg berasal dari Australia, bisnispun lancar, keuntungan mulai terkumpul, tapi aku ceroboh sehingga uang yg aku kumpulkan selama tiga tahun raib dilarikan teman bisnisku dan karna shok dan terlalu capek dalam perjalanan Bandung Bali, akupun kena sakit magh kronis dan terpaksa dirawat berbulan bulan di Baromeus Bandung. Disana aku ketemu Pastor Leo dan seorang calon Pastur yg bernama Yohanes Mukalam yg sampai saat ini menjadi sahabatku, mereka berdua selalu mengunjungiku bahkan lebih dari saudara, mereka setia menjadi penghibur dan penolongku, ketika aku tidak berdaya, Tuhan baik kepadaku sehingga dia selalu mengutus orang orang tertentu untuk memperhatikanku.

    Setelah sembuh aku bekerja di Puslahta di Taman Sari Bandung, sebagai honorer, ketika itu bosku bernama Maryun Wiradibrata, dialah yg menyekolahkanku untuk belajar komputer IBM yg pertama di ITB, saat itu belum banyak yg bisa menggunakan komputer, sehingga dari setiap instansi ada yg disekolahkan ke ITB. Bersama para sarjana dari berbagai profinsi di Indonesia yg rata rata telah menjadi pegawai negri tetap, aku belajar Komputer dan ahirnya kami pun kembali kepekerjaan masing masing. Setauku, akulah satu satunya yg bukan sarjana dan cuma honorer Puslahta pula, yg belajar komputer IBM di ITB saat itu, aku bersyukur karna aku bisa berada diantara mereka yg terpilih dan aku mengahiri pendidikan singkat itu dengan nilai yg sangat baik. Di kampus ITB saat itu aku juga menemukan beberapa sahabat yg sampai saat ini masih menjadi sahabatku, antara lain Hal sembiring, ucok dan banyak lagi, kami sering makan bersama dikampus dengan uang yg serba pas pasan.

    Diantara kegiatan belajarku, aku pernah berucap dikelas itu, " kalau aku tidak dapat kuliah secara formal di ITB ini karna nggak punya uang untuk biaya kuliah, maka anakku kelak akan sekolah disini" aku berucap dan ucapanku itu telah jadi kenyataan kini, sebab anakku benar benar kuliah dan tamat tepat waktu dari IT ITB, aku bersyukur atas semua ucapanku di masa lalu yg sekarang menjadi kenyataan. Ucapanku dimasa kecil terhadap kilaku yg berada di kampung juga menjadi kenyataan, aku masih ingat, ketika dulu aku mengucapkannya dengan tegas tapi aku tidak tau apa artinya, aku bahkan nggak tau apa itu Presiden, aku juga nggak tau penyanyi dan bintang film, nggak tau orang penting seperti apa, tapi setelah beberapa tahun berlalu, ucapanku semasa kecil dulu menjadi kenyataan dalam kehidupanku. Semua yg aku ucapkan itu, juga masih diingat sama kilaku dan dia pernah menangis mengingatkanku akan semua ucapanku dimasa kecil itu, sebab dia menyaksikan semuanya telah menjadi kenyataan dalam kehidupanku.

    Sungguh kata kata punya kuasa dan terjadi dalam hidupku, ini kesaksian hidupku. Sahabat sahabatku ucapkanlah selalu kata kata profetik yg memberkati diri sendiri dan juga memberkati orang lain. GBU

    Semalaman aku nggak bisa tidur, hatiku terluka, hati mereka yg nota bene adalah keluargaku, sahabatku, kerabatku dan teman teman FB ku juga terluka, karna membaca tulisan seorang wanita Gembrot yg berfropesi sebagai Dokter Gigi. Perempuan ini menyerang kehormatan keluargaku dengan menulis kata kata hinaan yg sangat tidak pantas terhadap diriku di FB, dia sungguh sungguh mencemarkan nama baikku dan juga keluargaku. Karna itu keluarga dan kerabat yg membaca tulisan itu bermaksud memperkarakan masalah ini, mereka mau menuntut perempuan Gembrot ini dengan tuduhan pencemaran nama baik.

    Sejenak aku larut dalam amarah, meskipun mulutku diam, hatiku turut geram dan aku ingin sekali unjuk gigi terhadap perempuan ini dan teman temannya yg turut dalam pencemaran nama baikku. Keluargaku yg kebetulan berfrofesi sebagai Polisi dan Pengacara telah berembuk membuat strategi penuntutan, bukti bukti penyerangan dalam bentuk tulisan di FB pun telah dikumpulkan dengan baik. Pasal pasal telah ditentukan, semua kompak demi membela harga diriku dan harga diri keluarga. Mereka semua menunggu aku untuk membuka mulut, untuk mengatakan ia silahkan bergerak.

    Aku kelu, diam seribu basa, aku ingat wajah Romo dan semua sahabatku yg sangat baik kepadaku, betapa mereka sangat menyayangiku, aku juga ingat semua orang yg kujumpai di Keraton, mereka semua sangat baik kepadaku dan sangat ramah, berbeda sekali dengan perempuan yg satu ini.

    Ah...mengapa ada wanita Gembrot yg mengaku dirinya berdarah biru dan punya garis keturunan bangsawan Surakarta itu seperti cuka setetes yg akan merusak susu sebelanga di Keraton Surakarta.

    Dalam keheningan malam aku berdoa, aku mohon ampun atas kebencian sesaat yg tersembunyi dalam diriku. Tuhan semesta alam aku mohon pertolonganmu untuk membebaskan diriku dari penjara amarah dan kebencian ini, penuhilah hatiku dengan kasih yg tulus, katakanlah sesuatu dalam fikiranku, agar aku tau maksudmu memperhadapkanku dalam masalah ini. Aku mau memaafkan dia Tuhan, kendalikan seluruh emosi keluargaku, amin

    Setelah berdoa aku mengambil keputusan untuk memaafkannya, aku terus menantikan jawaban Tuhan dalam Fikiranku, tiba tiba aku teringat kisah Yesus, ketika menerima fitnah dan penghinaan serta siksaan di atas kayu salib dari orang orang berdosa. Meskipun Dia berkuasa untuk menolak tapi Dia membiarkan semua itu terjadi karna setelah kejadian itu ada hak penebusan bagi dosa manusia yg sangat Dia kasihi.

    Tadi pagi ketika sedang masak di dapur, aku mendapatkan jawaban yg sangat jelas dalam fikiran dan hatiku. Tuhan mengijinkan orang orang tertentu untuk menghinaku dengan cara yg mereka sukai, ini adalah ujian untuk keangkuhan dan kesombongan yg bersembunyi dibalik harga diriku dan keluargaku. Tuhan mengijinkan ini terjadi dalam kehidupanku agar ada yg mengambil alih segala akibat dari pelanggaranku dan bila aku sabar dalam kasih serta memaafkan orang yg bersalah kepadaku maka akupun dimaafkan oleh Tuhan, sehingga aku berhak untuk mendapatkan hadiah kedamaian dan kesejahteraan yg tak terhingga dari Tuhan Semesta Alam, amin.

    Sungguh engkau baik Tuhan, seketika amarah dalam diriku dan keluargaku hilang ketika semua pemikiran ini aku sampaikan, aku memaafkanmu SRH.

    10 komentar:

    1. Saya devi ginting...saya juga sekolah di SD. Masehi ps 2 padang bulan medan. Saya masuk SD. MASEHI tahun 1988 (kelas 1) dan dari dulu saya dan teman2 saya diberi tahu kalau santa hoki pernah bersekolah di sd. Masehi... kami sangat bangga. Salam kenal ya kak.

      BalasHapus
    2. Senang dapat membaca tentang kak Santa Hoky Ginting. Tak sengaja ketemu blog ini setelah tadi nyari-nyari lagu karo di youtube. Ingat ada penyanyi yang rambutnya panjang sekali. Lagu Setangkai Bunga Padi itu hits ketika saya awal SMA.

      BalasHapus
    3. saya nyari lagu kak santa hoky yg judulnya bang jhony

      BalasHapus
    4. Suatu kisah nyata penuh perjuangan dalam perjalanan panjang kehidupan serta suatu kesaksian hidup yang dapat memberikan motivasi, semangat pantang menyerah terhadap segala hambatan serta kepasrahan kepada Tuhan Sang Pencipta pada saat semuanya telah dilakukan dengan tulus, ikhlas dan baik, namun hasilnya tidak sesuai dengan harapan, karena rencana Tuhan bukanlah rencana manusia. Semoga orang-orang muda yang membaca kisahnya Santa Hoky Ginting ini dapat termotivasi walaupun banyak rintangan yang mereka hadapi didalam kehidupan ini. Semoga Santa Hoky Ginting semakin sukses dan menjadi berkat bagi semua orang yang ditemui didalam kehidupan sehari-hari. Salam mejuah-juah!

      BalasHapus
    5. puas rasanya bagai sedang dahaga bertemu air terimakasih saya telah menemukan blog ini

      BalasHapus
    6. Menjadi motivasi dalam hidupku kak..karena aku tahu desa-desa desa yang kakak sebutkan itu tadi semua di tanah Karo...TUHAN YESUS selalu menolong umatnya yang lemah yang berharap padaNYA amin

      BalasHapus
    7. "Nde Aron..." memotivasiku untuk tetap megenggeng i perlajangen...terharu..salut...man Iting...Santa Hoki...

      BalasHapus
    8. Ternyata perjalanan hidup kak Santa Hoky begitu pahit & berliku.. Tapi Tuhan sayang kak Santa Hoky, terbukti semua ucapan kakak saat kecil bs terkabul. Hormat saya, orang Jogja 🙏🙏

      BalasHapus
    9. Semoga Tuhan selalu memberkati kak Santa Hoky se klrg..

      Salam...
      Aloysius Sugeng Winarno

      BalasHapus

    VIDEO CLIP

    BUNGA - BUNGA CINTA - SANTA HOKY.

    SETANGKAI BUNGA PADI - SANTA HOKY